Ruqyah syar'i di bandung. Pernahkah anda merasa sudah putus asa dalam menjemput kesembuhan? Merasa sudah kesana kemari, terapi ini dan itu, bahkan ruqyah sudah ke berbagai tempat, dari yang terkenal sampai yang di kampung??
Padahal setiap penyakit ada obatnya
Ibnu Qayyim al-Jauziyah ditanya, “Apa yang dikatakan oleh para tokoh ulama, para imam Islam radhi’allahu’anhum tentang seseorang yang ditimpa dengan sesuatu musibah yang diketahui bahwasanya kalau musibah itu terus menerus melanda, dengannya akan merusak dunianya dan akan merusak akhiratnya orang yang ditimpa musibah tersebut. Dan dia telah bersungguh-sungguh untuk menolak musibah tadi dari dirinya dengan segala macam jalan, namun tidak bertambah musibah itu kecuali nyalanya dan kedahsyatannya. Maka bagaimana cara menolak musibah itu dan apa jalan untuk menyingkapkannya?
Semoga Allah merahmati orang yang menolong seseorang yang ditimpa bencana tadi. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menaungi saudaranya. Berilah fatwa kepada kami niscaya kalian akan mendapatkan pahala dan semoga Allah merahmati kalian.
Maka Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjawab:
Alhamdulillah, amma ba’du. Telah tsabit dalam kitab Shahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari nabi shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5678)
Jabir radhiallahu ‘anhu membawakan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim no. 5705)
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُ دَوَاءً، جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ وَعَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ
“Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadits ini dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 451)
Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
Ini mencakup obat-obat qalbu, jiwa, dan fisik sekaligus jenis penawarnya. Dan nabi shallallau’alaihi wasallam menjadikan kebodohan sebagai penyakit dan menjadikan obatnya kebodohan adalah dengan bertanya kepada para ulama.
Dan telah datang riwayat di dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu’anhu, bahwa seorang laki-laki terluka ketika safar kemudian dia mimpi basah. Maka dikatakan kepadanya: “Kami tidak mendapati keringanan untukmu.” Kemudian dia mandi, lalu meninggal. Ketika dikabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengkabarkan dalam al-Quran bahwasanya al-Quran adalah juga sebagai penyembuh,
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Dan jika Kami jadikan Al Qur’an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?”. Apakah (patut Al Qur’an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: “Al Qur’an itu adalah petunjuk dan obat penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat: 44)
Dan Allah Ta’ala berfirman,
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (al-Israa: 82)
Kalimat “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an” dalam ayat di atas menjelaskan jenis, bukan untuk menjelaskan sebagian. Karena al-Quran seluruhnya adalah penyembuh sebagaimana Allah berfirman dalam ayat sebelumnya. Maka al-Quran adalah penyembuh bagi qalbu-qalbu dari penyakit kebodohan, kerancuan, dan kebingungan. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan dari langit penyembuh yang lebih umum, lebih bermanfaat, lebih besar, dan lebih mujarab untuk menghilang penyakit daripada al-Quran.
“Berobatlah, maka sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Allah menyediakan baginya obat, kecuali satu penyakit, yaitu tua.” (H.R. Abu Daud)
Sudah kemana2 Tetapi kenapa belum juga sembuh??
Coba cek barangkali ada yang terlupakan atau di sepelekan berkenaan dengan HIJRAH.
Apa kaitanya dengan HIJRAH??
Ada apa dengan HIJRAH??
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak” (QS:An-Nisaa:100)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 218)
Hijrah secara umum artinya meninggalkan segala macam bentuk kemaksiatan dan kemungkaran, baik dalam perasaan (hati), perkataan dan perbuatan. Namun secara khusus adalah pindahnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan para sahabatnya dalam rangka menyelamatkan iman dan Islam serta membangun peradaban baru di tempat baru.
Makna Hijrah akan selalu hidup dalam diri orang-orang yang beriman. Hidup karena mereka selalu menghayati nilai-nilainya dan mengamalkan pesan-pesan moralnya. Bagi mereka peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah Saw. itu bukanlah kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah tuntunan, yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan ibrahnya.
Sayyidina Umar bin Khattab Rodhiyallahu Anhu pernah menyatakan,
“Alhijrotu farraqot baynal haqq wal bathil faarikhuuhaa” (Hijrah itu membedakan antara yang benar dengan yang salah, karena itu jadikanlah penanggalan kalian.. )
Lalu pa kaitanya dengan kesembuhan?
Pernahkah kita berpikir atau pernah mendengar berapapun biayanya siap bayar asalkan penyakitnya sembuh? Atau kemana aja berobat yang penting bisa sembuh?
Sudahkah kita ber azam( tekad di barengi tindakan) siap berubah dengan sungguh- sungguh untuk menjemput pertolongan dan Ridho Allah?
Coba kita bermuhasabah sebentar, Terapi Ruqyah itu perkaranya Sunnah.
sesuatu yang sunnah akan bernilai disisi Allah manakala yang wajib nya selesai kita kerjakan, dengan kata lain Ruqyah akan mendatangkan manfaat manakala yang wajib nya selesai kita kerjakan, (misal sholat 5 wktu, puasa ramadan,zakat, tutup aurat dll) Jangan sampai kita sibuk melakukan terapi ruqyah bahkan sudah puluhan kali , tetapi sholat nya aja masih bolong bolong, aurat saja masih di umbar, zakat ga di tunaikan apalagi hartanya masih tercampur yang haram dll, Biasanya jika masih seperti ini kesembuhan itu masih perlu proses lebih.
Karna HIJRAH/perubahan ini nanti yang menjadi awal dimana pertolongan Allah itu di turunkan,
Misal:
dari syirik ke ahlu Tauhid,
Dari tidak sholat jadi sholat,
Dari harta haram jadi meninggalkan harta haram bahkan di bersihkan,
Dari terbuka aurat jadi menutup aurat dll.
Semoga diri kita senantiasa Allah mudahkan dalam berhijrah dan mampu istiqomah menjaganya Wallahu'alam
Tlp/WA 081320121351
BBM D57D5D7F